How To Train Your Dragon 2025 Review
- account_circle admin
- calendar_month Kam, 12 Jun 2025
- visibility 23
- comment 0 komentar

how-to-train-your-dragon
How To Train Your Dragon 2025

How To Train Your Dragon 2025
KlikBabel.com – Film How To Train Your Dragon diadaptasi dari buku anak-anak karangan penulis asal Inggris, Cressida Cowell. Cerita ini kemudian diubah menjadi film animasi oleh Dean DeBlois, seorang sutradara yang telah meraih tiga nominasi Oscar dan memenangkan penghargaan Golden Globe, pada tahun 2010. Dalam alur kisahnya, sebuah ancaman kuno mulai membahayakan kelangsungan hidup para Viking beserta naga–naga di Pulau Berk. Di tengah konflik tersebut, persahabatan antara Hiccup Horrendous Haddock III, seorang pemuda Viking yang inovatif, dan Toothless, seekor naga Night Fury, menjadi kunci untuk menciptakan masa depan baru yang harmonis bagi kedua spesies.
Adaptasi “How To Train Your Dragon” ini berhasil melampaui film aslinya dengan narasi padat, sinematografi, dan efek visual memukau. Adegan Toothless dan Hiccup (Mason Thames) saat terbang menghadirkan visual yang mengesankan dan berhasil memikat penonton. Sudut pandang orang pertama di beberapa segmen memberi kesan penonton ikut serta dalam perjalanan tersebut. Meski ada momen tampaknya Thames menggunakan bantuan CGI, seperti saat Hiccup kehilangan kendali tali kekang, hal ini tidak mengurangi imersi maupun keterlibatan dalam adegan tersebut.
Hasil kerja CGI dan VFX dalam menghidupkan Toothless sungguh menakjubkan. DreamWorks Animation berhasil menghadirkan hampir seluruh ekspresi dan gerakan Toothless dari film animasi aslinya. Dari sorotan keganasannya ketika menggeram hingga tingkah lucunya yang menyerupai perilaku anjing, adaptasi How To Train Your Dragon ini sukses membangkitkan kembali kenangan yang begitu berarti bagi penonton.
Keluhan utama penonton tentang penampilan Toothless di versi live-action adalah kurangnya adegan lucu. Dalam film animasi aslinya, momen menghibur seperti Toothless mengejar kupu-kupu atau berguling seperti anjing sangat berkesan. Dengan tambahan durasi dua puluh menit, seharusnya ada ruang untuk menampilkan lebih banyak momen lucu yang membuatnya semakin menarik.
Penonton menikmati versi live-action How To Train Your Dragon yang diperbarui. Penambahan, seperti alasan Viking tinggal di Berk, memberi konteks lebih mendalam dan menjelaskan persaingan pertarungan naga. Bagi yang sudah menonton versi animasi, pembukaan adaptasi 2025 ini terasa berbeda, tetapi tetap memikat.
Baik dalam menampilkan keganasan melalui geraman Toothless maupun menangkap pose-pose lucunya yang mirip dengan tingkah laku seekor anjing, versi How To Train Your Dragon ini sukses membangkitkan kenangan mendalam bagi penontonnya. Pembuatan ulang ini juga mengalokasikan lebih banyak waktu untuk mendalami elemen emosional dari tiga hingga empat karakter utamanya. Kali ini, Hiccup dan Stoick the Vast (yang dimainkan oleh Gerard Butler) mendapatkan porsi cerita yang lebih besar untuk menunjukkan momen kebersamaan mereka. Kesempatan ini memberikan penonton pandangan lebih dekat terhadap perjuangan Stoick dalam menyeimbangkan perannya sebagai seorang ayah tunggal yang penuh kasih dengan tanggung jawabnya sebagai kepala suku di desanya.
Adaptasi live-action Lilo & Stitch 2025 yang baru saja dirilis menawarkan pandangan lebih mendalam tentang perjuangan Nani sebagai wali sekaligus orang tua tunggal bagi Lilo. Sejauh ini, How To Train Your Dragon dan Lilo & Stitch berhasil menampilkan hubungan emosional yang otentik seperti dalam versi animasinya, menghadirkan cerita yang menyentuh dengan cara yang sangat bermakna. Keberhasilan Thames dan Butler dalam menghidupkan dialog terasa luar biasa, menciptakan adegan-adegan emosional dan nyata antara seorang ayah dan anak. Pengaturan waktu komedi Butler terjalin sempurna dengan interpretasi live-action How To Train Your Dragon, terutama ketika ia berbicara tentang Hiccup. Sementara itu, Butler tetap menjaga ciri khas dengan membawa suara dan karakter Stoick langsung dari dunia animasi ke layar live-action. Suaranya yang nyaring dan penuh wibawa masih terasa sama kuatnya seperti lima belas tahun lalu dalam film animasinya.
Salah satu perubahan paling menarik dalam dialog Astrid adalah sorotan pada latar belakangnya yang benar-benar dimulai dari dasar, sedangkan Hiccup berhasil masuk ke pelatihan Naga dengan cara nepotisme. Perubahan kecil seperti ini memberikan sentuhan yang lebih realistis pada film, namun tetap menjaga pesona dunia fantasi yang banyak penggemar cintai. Nick Frost memerankan Gobber the Belch, pandai besi Berk, dengan sangat baik, memberikan ciri khas yang pas untuk salah satu karakter paling ikonik dalam seri How To Train Your Dragon. Meskipun ada momen di mana terlihat bahwa beberapa interaksi antara Hiccup dan Gobber dipersingkat, dinamika antara mentor dan murid tersebut tetap ditampilkan dengan kuat dan mengesankan. Keseimbangan antara karakter asli dan CGI dalam film How To Train Your Dragon nyaris sempurna. Jika performa karakter CGI dan para aktor terasa begitu meyakinkan, maka detail pada pengaturan serta lingkungan juga tak kalah luar biasanya. Film ini mampu menghadirkan pemandangan dengan visual memukau; lanskap Belfast, Irlandia, yang menjadi tempat latar cerita, terlihat menakjubkan. Menariknya, lokasi syuting ini juga digunakan untuk serial Game of Thrones, yang membuatnya terasa akrab bagi sebagian penonton.
Set yang dirancang dengan pendekatan praktis tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memberikan kemudahan bagi para aktor untuk membayangkan posisi mereka dalam dunia cerita tersebut. Salah satu momen yang memperkuat keyakinan bahwa banyak versi fisik Toothless memang dibuat adalah ketika Astrid terlempar darinya, situasi yang memaksa Parker menghentikan pergerakannya. Kolaborasi antara elemen dunia nyata dan CGI dalam penggambaran How To Train Your Dragon terasa nyaris sempurna. Komposer John Powell kembali terlibat setelah sebelumnya menangani musik untuk film animasi How To Train Your Dragon pada tahun 2010, kini bertanggung jawab untuk versi live-actionnya. Musik yang dihadirkan, dipadu dengan suara bagpipe dan nuansa budaya Viking, sukses membangkitkan kembali atmosfer khas dari film aslinya, bahkan beberapa skor identik digunakan kembali di sejumlah adegan penting.
How To Train Your Dragon versi 2025 akan menghadirkan kembali kisah yang sama seperti film animasi yang dirilis pada 2010, tetapi dengan tambahan pengembangan cerita dan sentuhan emosional yang lebih dalam. Kembalinya DeBlois sebagai sutradara menjadi langkah penting yang diyakini mampu menjaga kualitas konsisten dari film ini. Ada kemungkinan Butler juga kembali untuk memerankan karakternya yang ikonik, yang tentunya akan menambah daya tarik adaptasi ini. Antusiasme penonton terlihat sangat tinggi, menantikan bagaimana DeBlois dan DreamWorks akan menghidupkan cerita ini dalam format live-action. Meskipun sudah berlalu lima belas tahun sejak film pertama dirilis, adaptasi ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu live-action terbaik pada 2025, bahkan mungkin sepanjang masa.
- Penulis: admin
Saat ini belum ada komentar