Lulusan S3 Oxford Jadi Guru SMA di Yogyakarta
- account_circle admin
- calendar_month Sel, 10 Jun 2025
- visibility 27
- comment 0 komentar

S3 Oxford
Lulusan S3 Oxford, kini menjadi guru SMA di Yogyakarta

Aishah Praswoto Lulusan S3 Oxford
KlikBabel.com – Aishah Prastowo lulusan S3 Oxford sempat menjadi sorotan publik setelah unggahannya viral di media sosial. Dalam unggahan tersebut, ia menceritakan perjalanan hidupnya sebagai salah satu alumni penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Aishah merupakan alumni LPDP angkatan PK-6, yang kerap dijuluki sebagai angkatan “dinosaurus”. Ia berhasil merampungkan studi doktoralnya (S3) di bidang Engineering Science di Universitas Oxford, salah satu universitas ternama dunia. Saat ini, Aishah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan dengan menjadi guru sekaligus kepala sekolah di Praxis High School, Yogyakarta. Kisahnya menjadi menarik karena rata-rata tingkat pendidikan guru sekolah dasar hingga menengah atas biasanya berada pada jenjang D-IV atau S1. Namun, Aishah yang memiliki gelar doktor dari Universitas Oxford, memilih membaktikan diri sebagai pendidik dengan latar belakang akademik yang sangat mengesankan.
Praxis High School adalah sebuah sekolah menengah atas alternatif berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) yang berlokasi di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Sekolah ini memiliki hubungan erat dengan sosok inspiratif bernama Aishah, penerima Beasiswa LPDP generasi pertama pada tahun 2014 di Universitas Oxford. Dengan pengalaman dan bimbingannya, banyak siswa di sekolah ini berhasil mengukir prestasi hingga tingkat internasional. Belum lama ini, para siswa Praxis High School berkompetisi dalam ajang robotika internasional FIRST Tech Challenge di Vietnam. Mereka meraih penghargaan Judges Choice Award, sebuah pencapaian membanggakan yang disampaikan oleh Aishah dalam wawancara yang dimuat di laman resmi LPDP pada Senin, 9 Juni 2025.
Aishah tumbuh dalam keluarga akademisi yang sangat mendukung perjalanan intelektualnya. Ayahnya adalah dosen Fisika di Universitas Gadjah Mada (UGM), sementara ibunya merupakan lulusan Kimia dari universitas yang sama. Sejak kecil, Aishah terbiasa dengan lingkungan yang erat kaitannya dengan ilmu fisika. Bahkan, ia sempat mendampingi ayahnya saat menempuh studi doktoral di Queens University, Kanada, sebuah pengalaman yang memupuk rasa cintanya terhadap fisika dan memperkuat keinginannya untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Pada tahun 2007, Aishah memulai perjalanan akademiknya di Teknik Fisika UGM setelah sebelumnya memenangkan medali perak di Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun 2004 saat masih duduk di bangku SMP. Ia mengungkapkan bahwa fisika adalah ilmu yang sederhana namun sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, konsep gerak bola atau kendaraan yang melaju menjadi hal-hal yang mengawali ketertarikannya pada fisika.
Ketertarikan Aishah terhadap pendekatan multidisiplin semakin berkembang. Pada 2011, ia menempuh studi S2 di Université Paris Descartes melalui program Interdisciplinary Approach to Life Science dengan dukungan beasiswa pemerintah Prancis. Di program tersebut, ia bertemu dengan mahasiswa dari berbagai bidang seperti biologi, kedokteran, teknik elektro, hingga kimia. Kolaborasi ini memberikannya sudut pandang baru untuk memahami biologi dalam perspektif fisika mekanika sel dan teknologi komputerisasi.
Dalam masa studinya selama tiga hingga empat bulan untuk program magang dan penelitian, Aishah menyadari pentingnya pengalaman mendalam di laboratorium. Hal ini memotivasinya untuk melanjutkan ke jenjang S3 agar dapat menggali lebih jauh bidang keilmuannya. Pada 2013, saat LPDP mulai membuka program beasiswanya, Aishah mendapat informasi ini melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris. Ia kemudian diterima untuk melanjutkan pendidikan doktoralnya di Universitas Oxford pada tahun 2014.
Menghadapi program doktoral bukanlah hal yang mudah bagi Aishah. Ia menyebut pentingnya memiliki persiapan mental kuat selain rasa cinta dan komitmen terhadap bidang penelitian. Salah satu tantangan utamanya adalah beradaptasi dengan tuntutan akademik yang tinggi dan suasana kompetitif. Ia mengenang bagaimana feedback dari supervisornya sering kali disampaikan dengan sangat tegas, namun selalu bertujuan untuk menghasilkan karya terbaik.
Dalam penelitian doktoralnya di Oxford, Aishah fokus pada mikrofluida multifase, yaitu teknologi inovatif yang memungkinkan manipulasi cairan dalam volume sangat kecil. Teknologi ini memberikan efisiensi tinggi terutama dalam eksperimen laboratorium dan aplikasi kesehatan seperti uji obat (drug screening), yang digunakan untuk menganalisis respons sel terhadap obat-obatan tertentu. Aishah menjelaskan bahwa melalui mikrofluida, eksperimen dapat dilakukan hanya dengan menggunakan volume cairan dalam skala nanoliter atau mikroliter.
Teknologi ini sangat potensial untuk diterapkan di Indonesia, khususnya dalam menciptakan alat diagnostik penyakit yang terjangkau dan mudah digunakan di daerah terpencil tanpa memerlukan perangkat laboratorium canggih. Hasil penelitiannya telah diterbitkan dalam berbagai jurnal internasional berkelas Q1 dan telah dikutip puluhan kali oleh peneliti lain. Melalui inovasi-inovasinya dalam mikrofluida, Aishah terus mendorong optimasi penelitian laboratorium agar lebih efisien dari segi waktu dan biaya, sekaligus membuka peluang besar bagi penerapan teknologi ini di sektor kesehatan masyarakat Indonesia.
- Penulis: admin
Saat ini belum ada komentar