Urban Farming dan Ketahanan Pangan
- account_circle admin
- calendar_month 19 jam yang lalu
- visibility 73
- comment 0 komentar

Urban farming
Apa Yang Dimaksud Urban Farming?
KlikBabel.com – Urban farming adalah solusi kreatif untuk mengatasi tantangan pertanian di daerah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan atau bahkan tidak memiliki lahan pertanian sama sekali. Seiring dengan meningkatnya urbanisasi dan berkurangnya ruang terbuka hijau, konsep ini menjadi semakin relevan untuk diterapkan di kota-kota guna mendukung ketahanan pangan serta melestarikan lingkungan secara berkelanjutan.

Urban farming
Sumber pangan tidak mesti selalu bergantung pada metode konvensional yang membutuhkan lahan luas. Sebagai alternatif, sumber pangan dapat diadaptasi agar sesuai dengan kondisi masyarakat perkotaan melalui pendekatan yang lebih fleksibel. Salah satu contohnya adalah penerapan urban farming yang semakin berkembang. Urban farming merupakan konsep transformasi praktik pertanian tradisional ke dalam lingkungan perkotaan. Perbedaan utama antara kedua jenis pertanian ini terletak pada pelaku yang menjalankan serta jenis media tanam yang digunakan.
Bagaimana cara melakukan Urban Farming?
Contoh-contoh penerapan pertanian urban yang dapat dilakukan di pekarangan rumah antara lain:
Metode Hidroponik dan Aeroponik
Urban farming kini mengadopsi teknologi hidroponik dan aeroponik, memungkinkan tanaman tumbuh tanpa tanah. Kedua sistem ini efisien dalam penggunaan ruang, air, dan nutrisi, menjadikannya solusi tepat bagi kota dengan lahan terbatas.
Penelitian Patil dan Kale (2020) menunjukkan hidroponik mampu mengurangi penggunaan air hingga 90% dibandingkan metode tradisional. Sementara itu, Elbeltagi et al. (2021) mencatat aeroponik, yang menyemprotkan nutrisi langsung ke akar, dapat meningkatkan produktivitas panen di lahan sempit tanpa tergantung kualitas tanah.
Penggunaan Polybag
Penggunaan polybag menjadi solusi praktis untuk budidaya tanaman di lahan yang terbatas. Media tanam dalam polybag umumnya terdiri dari campuran tanah, kompos, dan arang sekam dengan perbandingan 2:1:1. Metode ini dianggap hemat biaya karena alat–alat yang diperlukan bersifat sederhana dan mudah diperoleh.
Teknik Vertikultur
Pertanian vertikal adalah metode revolusioner yang memungkinkan tanaman tumbuh dalam susunan bertingkat atau vertikal, biasanya di dalam ruangan. Sistem ini memanfaatkan teknologi modern seperti lampu buatan, irigasi otomatis, serta teknik seperti hidroponik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain menggunakan hidroponik, metode lain seperti aquaponik dan aeroponik juga bisa diterapkan dalam pertanian vertikal.
Pemanfaatan ruang vertikal pada dinding atau pagar rumah menjadi prinsip utama vertikultur, terutama untuk budidaya tanaman berumur pendek seperti selada, seledri, sawi, dan bayam. Kelebihan teknik ini terletak pada penggunaan wadah dari material daur ulang, seperti botol bekas atau bambu, yang diolah menjadi media tanam inovatif.
Pendekatan ini menawarkan tingkat efisiensi yang tinggi karena mampu menghemat ruang, air, dan energi, sekaligus meningkatkan produktivitas hasil panen.
Pemanfaatan Area di Rooftop
Memanfaatkan area atap atau lantai teratas rumah untuk diubah menjadi taman dengan konsep bercocok tanam dan beternak.
- Rooftop Gardening (berkebun di atap)
Rooftop gardening adalah aktivitas bertani atau berkebun yang dilakukan di area atap bangunan. Dengan memanfaatkan ruang yang sering kali tak terpakai, tanaman dapat ditanam menggunakan wadah atau bed taman khusus yang diletakkan di atas atap. Umumnya, bed taman dirancang lebih tinggi untuk memastikan tanaman mendapatkan pencahayaan yang maksimal dari sinar matahari. Selain itu, struktur peneduh juga dapat ditambahkan guna mengontrol tingkat intensitas cahaya yang masuk.
- Rooftop Farms (peternakan di atap)
Peternakan di atap rumah, seperti beternak kelinci atau ayam, membuka peluang untuk memproduksi telur dan daging secara mandiri dalam lingkup yang lebih kecil. Selain itu, area atap juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan lebah madu. Dengan manajemen yang tepat, atap rumah dapat menjadi sumber pangan bernilai tinggi sekaligus menambah keberlanjutan hidup.
Tanaman Urban Farming apa saja?
- Sayuran: Berbagai jenis tanaman seperti selada, tomat, mentimun, paprika, wortel, dan bayam menjadi favorit dalam urban farming karena mudah dibudidayakan baik di wadah maupun menggunakan sistem hidroponik.
- Buah-buahan: Buah-buahan seperti stroberi, jeruk kecil, dan blueberry sering ditanam di pot atau wadah karena sifatnya yang praktis serta cocok untuk ruangan terbatas.
- Herba dan Tanaman Obat: Aneka herba seperti basil, mint, rosemary, hingga lavender berkembang dengan baik dalam lingkungan urban farming dan kerap dimanfaatkan untuk kebutuhan kuliner maupun kesehatan.
- Tanaman Hias: Selain itu, berbagai jenis tanaman hias juga bisa ditanam untuk memperindah area perkotaan sekaligus menambah daya tarik estetika lingkungan.
Dampak urban farming terhadap lingkungan apa ya?
Urban farming merupakan solusi ketahanan pangan lokal sekaligus mendukung SDGs, terutama tujuan 2 (mengakhiri kelaparan) dan tujuan 11 (kota berkelanjutan). Laporan FAO 2021 menyebutkan urban farming membantu kota menghadapi kelaparan dengan menyediakan pangan lokal yang mudah diakses.
Selain itu, praktik ini menciptakan kota lebih hijau, ramah lingkungan, dan mengurangi emisi karbon dari distribusi pangan. Teknologi seperti hidroponik, aquaponik, dan vertikultur memungkinkan produksi pangan besar di ruang sempit dengan pemanfaatan air efisien. Di Jakarta, komunitas urban farming telah memanfaatkan hidroponik untuk menanam sayur dan buah di lahan terbatas.
- Penulis: admin
Saat ini belum ada komentar